(The Flare) Picture taken by my own self at Kiyomizudera temple Japan
Mentari mulai meninggalkan jejaknya di ujung sana...
Sepulang kerja, sertamerta kumembuka pintu kamar lantas menghempaskan tubuh di sofa bed yang sudah bertahun jadi tempat tidurku itu. Lelah.
Tanganku merogoh tas mencari charger hp dengan malas untuk menyambung nyawa elektron langsung ke telepon genggamku yang katanya pintar itu.Sepulang kerja, sertamerta kumembuka pintu kamar lantas menghempaskan tubuh di sofa bed yang sudah bertahun jadi tempat tidurku itu. Lelah.
"ok, lihat apa yang dunia socmed hari ini bicarakan" aku menyentuh layar hp scroll-scroll kebawah,,,,,,, "tsk,, hmmmnn masih seputar kebanggaan sang orang tua mengenai perkembangan buah hati mereka." Desisku lirih.
Masih dengan posisi tubuh yang sama, tanganku mampu menggapai remote tv, tekann tekan, tekan,,,, pandanganku terhenti di layar yang menyuguhkan gosip (dasar wanita!), lagi lagi perselingkuhan. Camilan berat untuk para mata yang haus akan berita selebrity.
"Makanya gw bilang ga usah merit" terngiang ucapan lantang dari seorang temanku dengan wajah meyakinkan agar sedikit persuasif.
Terbesit tanya dalam hati, apa perasaan mereka (para selebrity) yang kehidupan pribadinya menjadi konsumsi publik, bukan hal yang aneh memang tapi juga bukan hal yang lumrah. Resiko? mereka dibayar untuk menjadi penghibur, ya sebagian kecil mereka senang kehidupan pribadinya dijadikan konsumsi untuk menaikkan pamor mereka, semakin banyak diberitakan semakin tinggi pula rating nama sang selebrity.
Namun, dibalik kerlap kerlip blitz sang photographer pencari berita, di sana ada bulir air mata yang membanjiri wajah sang empunya cerita.
"besok saja.... besok saja yaa...." ucap sang artis gemetar menepis beberapa mic milik wartawan sambil menutup wajahnya. Penyiarpun menyimpulkan sendiri berita yang belum lengkap itu dengan suara melengking menggunakan awal kata "mungkinkahhh....." sayangnya itu bukan lagu Stinky.
Ditengah euphoria gemerlap dunia sang artis, ada kehidupan manusia biasa yang tidak luput dari kemalangan. Bisa jadi pencapaian dia menjadi artis dengan susah payah, Pacaran, putus nyambung, beli rumah baru (mungkin juga masih kredit) , perencanaan pernikahan yang gagal (sempat ada yang berfikir, koq bisa ya, kan dia cantik, etc.), perceraian, perebutan hak asuh anak, buat cafe / butik baru (sebelumnya kena tipu), Jalan-jalan keluar negeri (mungkin kedua kalinya bersama selingkuhan), well mereka juga manusia.
Aku menghembuskan nafas panjang, berfikir. Apa yang akan mereka lakukan kalau mereka menjadi aku, bukan sebaliknya. Menangis dua kali lipat? karena keadaan financial ku jauh dibawah apa yang mereka dapatkan, ditambah lagi masalah lainnya? atau bisa jadi bersyukur karena kehidupan pribadinya tidak dijadikan konsumsi khalayak ramai.
Tanpa terkecuali setiap individu diberi kesempatan umtuk menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri, menyalahkan orang lain? menyalahkan diri sendiri? mencoba berfikir jernih? jalan pintas yang salah? easy going? menyesal tanpa henti? hanya menangis? mencari kawan untuk berbagi cerita? berdiam diri untuk sekedar merenung? Berdoa? membanting benda? mengalihkan diri dengan hobi atau pekerjaan? kata orang bijak, berdoa dan berusaha. Like i said, Easier talk than done.
Ada hal dimana sesuatu terjadi sangat baik namun salah, rumit? Ya. Seperti terhenti di labirin Sang Pencipta. Apakah ini rencanaNya, atau kita harus benar-benar mencari jalan lain. Kitakah penulis naskah itu? atau kita hanya mengikuti naskah?
Belajar tersenyum seperti para selebrity yang dibayar untuk menghidangkan hiburan sambil menjalani hari. berkeluh kesah pun tak membuat jalan keluar kita semakin terang. Palsu? Yup, i'm a good pretender, but i'm not backstabber.
Belajar menghibur diri itu bukan menjadi sosok palsu yang menjahati orang, tapi jadilah palsu karena berkeluh kesah tidak menerangkan jalan keluar. Again, easier talk than done.
Masalah keluarga? dikhianati kekasih? kehilangan teman dekat? dikhianati teman? menderita sakit berat? kesulitan finansial secara beruntun? masalah dalam pekerjaan? Sekumpulan berita jahat tentang dirimu terlontar? depresi mengalami salah satunya? aku mengalami semuanya di dalam satu tahun yang sama. Tentu saja aku melewatinya tidak semudah menaikkan kedua ujung bibirku. Nafasku berat dan sesak, selera makanku sempat hilang, fikiran kosong, nyaris sulit mengingat nama orang. Menghadapi rasa yang maha sakit itu aku sempat berfikir kalau hanya masalahkulah yang terbesar. Namun aku berusaha maksimal se-periang mungkin di depan mata orang-orang yang menatap.
Hp ku berdering, aku meraih telepon genggam itu, seperti biasa tanpa nama karena aku adalah orang yang sangat malas men-save nomor yang menghubungiku. Ada beberapa nomor yang aku kenal, ternyata salah satu dari sahabatku menelepon. Sesi curhat. Aku yang bercerita? anda salah!
" Pii, sibuk?" suaranya tersenggal. Aku menarik nafas dengan hati-hati menghilangkan suara lelah "ngga koq baru pulang kerja nih, kamu kenapa?" berusaha menetralkan suara senormal mungkin.
singkat cerita dia mengalami kdrt, aku mengernyitkan dahi, bagaimana menjadi bijak untuk masalah ini, bahkan aku menikah saja belum, gumamku sambil berputar otak.
Mencoba berfikir jernih, ber-empati dan menyingkirkan masalahku untuk sementara.
"Sepertinya ini bukan wilayahku untuk menyuruhmu bercerai" jawabku dengan hati-hati, "tapi keputusan apapun yang akan kamu ambil, pastikan itu adalah keputusan yang tidak dibarengi dengan emosi dan gegabah ya" lanjutku sambil menengguk air putih untuk menghilangkan dahaga sore itu.
Setidaknya dia sedikit tenang karena ada teman untuk bercerita walaupun belum terpecahkan masalahnya.
Aku meraih handuk untuk segera ke kamar mandi dan membersihkan debu yang sudah bertumpuk di kulitku seharian ini. melihat wajahku di cermin dan terfokus dengan kantung mataku yang sudah sangat menghitam, dua minggu ini kurang tidur, sekitar 3 jam perhari.
*Dor dor dor* Pintuku kamarku diketuk kencang,
"siapa ya?" tanyaku heran.
"Mbak, ada yang melihat mbak memasukka pria di dalam" sekurity itu lantang, "ga ada pak" jawabku heran,
"tapi kami tahu mbak, ada yang masuk kesini tadi" katanya dengan sok tahu.
"tidak ada pak!" sahutku geram
"kami mau periksa,boleh?"
"ngga"
"berarti mbak memang ada memasukkan pria ke sini, kalo mba ga mau diperiksa kamarnya"
"loh bapak kan tanya boleh apa ngga, saya jawab ngga, hak saya donk mau mempersilakan bapak atau tidak" nada ku mulai meninggi.
Setidaknya dia sedikit tenang karena ada teman untuk bercerita walaupun belum terpecahkan masalahnya.
membuka hp ku dan men-dial nomor ibu "Iya nak" jawab ibuku dengan suara sepotong-sepotong.
"mama udah baikan?" tanyaku khawatir Ibuku masuk RS semalam
"chat aja ya, mama batuk terus"dan menutup telepon..
Aku meraih handuk untuk segera ke kamar mandi dan membersihkan debu yang sudah bertumpuk di kulitku seharian ini. melihat wajahku di cermin dan terfokus dengan kantung mataku yang sudah sangat menghitam, dua minggu ini kurang tidur, sekitar 3 jam perhari.
*Dor dor dor* Pintuku kamarku diketuk kencang,
"siapa ya?" tanyaku heran.
"Mbak, ada yang melihat mbak memasukka pria di dalam" sekurity itu lantang, "ga ada pak" jawabku heran,
"tapi kami tahu mbak, ada yang masuk kesini tadi" katanya dengan sok tahu.
"tidak ada pak!" sahutku geram
"kami mau periksa,boleh?"
"ngga"
"berarti mbak memang ada memasukkan pria ke sini, kalo mba ga mau diperiksa kamarnya"
"loh bapak kan tanya boleh apa ngga, saya jawab ngga, hak saya donk mau mempersilakan bapak atau tidak" nada ku mulai meninggi.
"Mbak ga boleh gitu, ini peraturan dan mbak bisa dianggap melanggar"
"yang bilang ga boleh mana? kasitau peraturan yang bapak sebut. Setau saya itu ada jamnya, dan ini jam berapa? setengah 6 sore, mau bapak apa? saya bisa tuntut bapak loh kalo menuduh"
Dengan paksa dia membuka pintu kamarku, namun aku balik membantingnya dan memutar kunci.
Marah.
"Silakan tunggu aja disitu sampe pria yang bapak maksud keluar dari kamar ini" teriakku dari dalam.
Pria khayalan dari mana yang muncul dari benak bapak itu, alih alih datang asal menuduh memaksaku mengaku dan mengiyakan pertanyaan dia.
Ini tentang uang, dengan dalih peraturan.
Lagipula masih terlalu pagi untuk menuduhku.
Lagi, ku menghempaskan tubuh di tempat tidur dengan handuk masih melingkar di leherku.
"ini apa lagi?" tanganku menutup muka dan mataku mulai basah.
For months on end I've had my doubts
Denying every tear
I wish this would be over now
But I know that I still need you here
.....
Cause you don't think I know what you've done
But when you call me baby
I know I'm not the only one
Lantunan Sam smith mengalun di headsetku samar, airmatapun mengalir membanjir...
But when you call me baby
I know I'm not the only one
Lantunan Sam smith mengalun di headsetku samar, airmatapun mengalir membanjir...
Dear friend or whoever, When i'm still being nice to you doesn't mean I trust you.
Sorry.
Aku yakin semua ini benar-benar jalan-Nya . Semua telah di atur begini agar begitu sehingga ........
Yakin juga masalahku tidak ada apa-apanya dibanding orang lain, membesarkan hati. Kita harus selalu melihat kebawah, bukan ke atas. Kebahagiaan orang semata-mata hanya sementara, selebihnya mereka adalah manusia biasa. Sebuah alasan agar kita berusaha :)
Hidupku Indah, penuh warna, sekalipun itu hitam. Karena hitam adalah warna.
Suatu saat nanti aku mempunyai cerita karena sudah melewati ini dengan sabar.